WELCOME TO OUR KNOWLEDGE

Selamat Datang...
Koleksi makalah untuk temen-temen S1 Jurusan Tarbiyah beserta tulisan-tulisan menarik lain

Minggu, 14 Desember 2008


LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
(LPJ)



PELATIHAN KADER POSKESTREN











Disusun Oleh:
M. Syahuri
Mambaul Khoirot
Bella
Enny
Wahyu Ir.




PONDOK PESANTREN “AL HIDAYAH”
Termas Baron Nganjuk
2008

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam, yang telah memberikan bermacam-macam nikmat dan inayah kepada kita semua, sehingga kita dapat bermunajah untuk selalu taqorrub kepadaNya dalam keseharian kita. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyulloh Muhammad SAW, nabi akhir zaman dengan risalah penyelamat umat. Dan yang kita harapkan syafaat beliau di yaumul mizan kelak.
Kesehatan adalah bagian terpenting dalam hidup. Tanpa kesehatan kita tidak akan bisa berbuat maupun beribadah kepadaNya. Dalam rangka peningkatan kesehatan dalam berbagai elemen masyarakat, pondok pesantren merupakan bagian yang penting, sebab pondok pesantren merupakan komponen yang memberi panutan bagi lingkungan sekitar.
Dalam LPJ ini akan diuraikan kegiatan yang telah dilakukan selama pelatihan di DINKES Nganjuk. Akhirnya semoga LPJ ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.



Penyusun
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
(LPJ)
PELATIHAN KADER POSKESTREN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Karena dengan kesehatan kita dapat melanjutkan segala aktivitas sehari-hari. Dan dengan tubuh yang sehat serta jiwa yang sehat pula kita dapat beribadah kepadaNya. Begitu pentingnya kesehatan bagi kehidupan dan aktivitas, maka kesehatan perlu sekali untuk di jaga, terutama dengan pencegahan (preventif). Karena mencegah lebih baik dan murah daripada mengobati.
Sehubungan dengan pemeliharaan kesehatan pada seluruh elemen masyarakat, pondok pesantren adalah salah satu komunitas dan tempat berkumpulnya berbagai macam elemen masyarakat, maka pondok pesantren merupakan salah satu tempat yang perlu untuk ditindak lanjuti dalam masalah kesehatan. Karena pondok pesantren juga merupakan sebuah wahana pemersatu umat dan panutan untuk lingkungan sekitar.
POSKESTREN, atau Pos Kesehatan Pesantren adalah salah satu wahana untuk terciptanya hidup yang sehat dalam lingkungan pondok pesantren. Pengoptimalan POSKESTREN dalam lingkungan pondok pesantren sangat perlu dilakukan, misalnya: sosialisasi kesehatan, pelatihan kader husada dan lain
sebagainya. Dan perlunya pelatihan kader-kader POSKESTREN yang siap untuk mengoptimalkan fungsi POSKESTREN sebagai sarana pelopor hidup sehat di lingkungan pondok pesantren dan sekitarnya telah dilakukan untuk tujuan tersebut.
B. TUJUAN
Adapun tujuan laporan pertanggungjawaban ini adalah:
1. Sebagai laporan untuk pengasuh
2. Sebagai bahan acuan untuk menindaklanjuti kegiatan ke depan
3. Sebagai bahan pertimbangan kegiatan POSKESTREN ke depan
4. Sebagai bahan MMPP (musyawarah masyarakat pondok pesantren)
C. WAKTU dan TEMPAT PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan pelatihan kader POSKESTREN adalah hari selasa sampai dengan kamis, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai (waktu kondisional). Kegiatan tersebut bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk.
D. PESERTA
Adapun peserta pelatihan kader POSKESTREN adalah dari perwakilan lima pondok pesantren yang ditunjuk, dan memiliki POSKESTREN di kabupaten Nganjuk. Kelima pondok pesantren tersebut adalah:
1. Pondok Pesantren Al Hidayah, Termas Baron
2. Pondok Pesantren Al Khoiriyah, Katerban Baron
3. Pondok Pesantren Miftahul Ula Nglawak, Kertosono
4. Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Mojosari Loceret
5. Pondok Pesantren Isyhar, Prambon
E. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan tentang kesehatan, terutama optimalisasi POSKESTREN dalam lingkungan pondok pesantren. Pelatihan dibagi menjadi dua bagian yakni:
1. Pelatihan Teoritis, meliputi penyampaian materi-materi tentang kesehatan. Adapun jenis materi yang disampaikan terlampir.
2. Pelatihan praktek, yaitu praktek langsung terhadap penanganan P3K maupun P3P yang terjadi di di lingkungan pondok pesantren.
F. RENCANA TINDAK LANJUT
Adapun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan setelah pelatihan kader POSKESTREN ini adalah:
1. Sosialisasi kesehatan pada warga pondok pesantren
2. Pelatihan kader tingkat lanjut
3. Survey mawas diri
4. MMPP (Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren)
5. Evaluasi
Demikian Laporan ini dibuat, dan digunakan untuk keperluan sebgaimana mestinya.
Lampiran I

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi promosi kesehatan pada POSKESTREN adalah:
1. Advokasi, minta izin pada pengasuh pondok pesantren setempat
2. Bina suasana, menciptakan suasana yang sehat dan POSKESTREN sebagai basis kesehatan di pondok pesantren.
3. Kemitraan, mencari koneksi dengan LSM atau lembaga lain di luar pondok pesantren.

Sedangkan target POSKESTREN adalah:
1. Prefentif, yakni upaya pencegahan penyakit, atau pemeliharan kesehatan
2. Promotif, yakni upaya promosi kesehatan pada warga pondok pesantren atau masyarakat sekitar pondok pesantren.
3. Rehabilitasi, yakni proses pengadaan sarana kesehatan
4. Kuratif, yakni proses pengobatan terhadap kejadian tidak sehat.
Lampiran II


PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENYAKIT
(P3P)
1. Demam
· Kompres dengan air dingin atau hangat
· Bagian yang dikompres adalah dahi, ketiak, dada atau punggung
· Perbanyak minum air putih
· Jangan diberi selimut
· Berikan parasetamol
· Bila samapai 3-6 jam tidak ada perubahan, segera bawa ke PUSKESMAS terdekat.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
o Istirahatkan dengan cukup
o Makan makanan sehat
o Minum vitamin dan obat penurun panas
o Setelah 2-3 hari tidak ada perubahan segera bawa ke PUSKESMAS terdekat.
3. Diare
ü Beri oralit atau larutan gula garam (LGG), dengan takaran air 200 ml, gula satu sendok dan garam ¼ sendok secara terus-menerus
ü Jika tidak ada perubahan segera bawa ke PUSKESMAS
4. Penyakit Kulit
o Jangan diobati sendiri-sendiri
o Jangan diberi obat-obatan kimia
o Bawa ke PUSKESMAS.
Lampiran III

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
(P3K)

1. Luka Bakar
· Untuk luka bakar ringan (tidak lebih dari kulit ari), celupkan atau aliri dengan air kurang lebih 10 menit sampai tidak terasa.
· Bersihkan kotoran-kotoran sedikit demi sedikit
· Balut dengan kain bersih
· Jangan diberi apapun
· Untuk luka bakar berat, langsung dirujuk ke RS terdekat

2. Keracunan
o Bila pasien dalam kondisi sadar, usahakan untuk muntah dengan cara diberi air minum yang banyak, atau sesuatu agar ia muntah
o Bila pasien dalam kondisi tidak sadar, baringkan di tempat yang luas dengan ventilasi yang baik, lalu dirujuk ke PUSKESMAS terdekat.

3. Gigitan Hewan
a. Gigitan anjing
· Bersihkan dengan air bersih dan sabun
· Berikan antiseptik atau yodium
· Balut dengan kain, tapi jangan terlalu kencang
· Segera bawa ke PUSKESMAS



b. Gigitan ular
· Cuci dengan air bersih dan sabun
· Berikan antiseptik atau yodium
· Balut dengan kain, tapi jangan terlalu kencang pada bagian atas yang terkena gigitan, jangan ikat terlalu menekan karena akan mempengaruhi peredaran darah
· Bawa ke RS terdekat
c. Gigitan tawon
· Berikan es pada bagian yang tergigit
· Bila tidak ada perubahan segera bawa ke RS terdekat

4. Patah Tulang
ü Berikan pertolongan dengan meluruskan tulang yang patah
ü Berikan bidai atau penyangga lainnya agar dua sendi atas dan bawah yang patah tidak bergerak
ü Segera rujuk ke RS terdekat

5. Tersedak
o Untuk tersedak tidak total (masih bisa bernafas) diusahakan untuk dimuntahkan dengan cara dipukul pada bagian punggung pasien
o Untuk tersedak total dan pasien sadar, maka pasien diberdirikan, lalu agak dibungkukkan, dan ditarik ke belakang dengan sudut 45 derajat
o Untuk pasien tidak sadar, pasien ditidurkan dengan posisi miring, lalu ditarik dari arah belakang pasien dengan sudut 45 derajat
o Segera bawa ke RS terdekat
Lampiran IV

NARKOBA
(Narkotika dan Obat-obatan Berbahaya)


NARKOBA adalah zat yang mempengaruhi psikologi, pola fikir, ketergantungan fisik dan tingkah laku. Jenis NARKOBA terbagi menjadi tiga kelompok, yakni:
a. Golongan I : tidak digunakan untuk pengobatan, misalnya: heroin, ganja dan kokain
b. Golongan II : digunakan untuk pengobatan dalam kondisi yang sangat terpaksa, misalnya: operasi, yang termasuk golongan ini adalah morfin dan petisin
c. Golongan III : dapat digunakan untuk pengobatan, misalnya codein
Psikotropika adalah zat yang bersifat stimulan (merangsang) saraf pusat. Psikotropika dibagi dalam 4 golongan:
a. Golongan I : ekstasi
b. Golongan II : amphetamin, untuk menekan nafsu makan
c. Golongan III : phenobabita, mengurangi rasa cemas
d. Golongan IV : diazepan
Sifat-sifat NARKOBA adalah:
1. Depresan (merangsang saraf pusat)
2. Stimulan (merangsang saraf motorik)
3. Halusinogen (menimbulkan kesan semu)

Sabtu, 06 Desember 2008

Psikologi Umum: Berpikir

Berfikir
Mengenai soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.
B. Jenis, Tipe, dan Pola Berpikir
Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistik dan berpikir langsung. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:
Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu
Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.
Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut.
Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevamn atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.
C. Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri – cirinya :
Mahluk hidup, Berbudi , Berkulit sawo mateng, Berambut hitam, Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri – cirinya :
Mahluk hidup, Berbudi, Berkulit Putih, Berambut pirang atau putih, Bermata biru terbuka, Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri – cirinya:
Mahluk hidup, Berbudi , Berkulit htam , Berambut hitam kriting , Bermata hitam melotot , Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri – cirinya:
Mahluk Hidup, Berbudi, Berkulit kuning, Berambut hitam lurus, Bermata hitam sipit , Dan sebagainya
Dan manusia yang lain – lainnya lagi.
b. Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
2. Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu,
Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.
b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan
tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani
Malas dan sebagainya.
c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan
kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya
hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat – pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuiningan di panaskan akan memuai
Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan
dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai
(umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai
Contoh lain :
Semua manusia terkena nasib mati,
Si Karto adalah manusia
Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan
atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok
anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu,
tentu naik kelas.